IndoBanner Exchanges

Science and Technology Headline Animator

My Headlines

Boleh dikata secara umum, baik anak laki-laki maupun anak perempuan tak memiliki perbedaan signifikan dalam proses perkembangan intelektual dasar seperti persepsi, belajar, dan daya ingat. Hanya, menurut Dr Reni Akbar-Hawadi Psi, Ketua Pusat Keberbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, memasuki masa remaja, kemampuan keruangan visual, matematik, dan sains anak laki-laki menjadi lebih menonjol dibanding anak perempuan. Sebaliknya dalam kemampuan kreativitas verbal di masa remaja anak perempuan tampak semakin mengungguli anak laki-laki.

Mother And Baby Sat, 02 Sep 2006 09:31:00 WIB

Perbedaan anak berbakat perempuan dan laki-laki lebih disebabkan nilai-nilai sosial yang berkambang di masyarakat. Boleh dikata secara umum, baik anak laki-laki maupun anak perempuan tak memiliki perbedaan signifikan dalam proses perkembangan intelektual dasar seperti persepsi, belajar, dan daya ingat. Hanya, menurut Dr Reni Akbar-Hawadi Psi, Ketua Pusat Keberbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, memasuki masa remaja, kemampuan keruangan visual, matematik, dan sains anak laki-laki menjadi lebih menonjol dibanding anak perempuan. Sebaliknya dalam kemampuan kreativitas verbal di masa remaja anak perempuan tampak semakin mengungguli anak laki-laki.

Reni merasa penting menyoroti masalah anak berbakat perempuan (gifted girls/gifted women). Perempuan bila kecil dianggap paling cepat tumbuh secara fisik, paling cepat berkembang secara psikologis, cepat matang dan juga lebih cerdas daripada laki-laki. "Tetapi seiring berjalannya waktu, semakin dia tumbuh menjadi dewasa, seolah-olah kecerdasan dan kekaguman orang sekitar pada dirinya seolah-olah lenyap..yang ada adalah pujian bagi anak laki-laki. Dan ini terus berlangsung sampai masuk dunia karier," paparnya.

Kalau dicermati, kemampuan anak perempuan tampak lebih menonjol pada saat mereka duduk dibangku SD. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkannya tidak hanya dengan anak sebayanya yang perempuan, namun juga dengan anak laki-laki. Dalam tes verbal yang menyangkut tugas mengeja, pemahaman bahan bacaan yang kompleks, memahami bentuk-bentuk hubungan logika, terlihat hasil anak perempuan lebih baik daripada anak laki-laki. Juga dalam kemampuan kuantitatif seperti matematika, anak perempuan mampu memberikan hasil yang sama baiknya dengan anak laki-laki berbakat. Namun, di atas usia 13 tahun, kemampuan anak laki-laki tampak lebih baik daripada anak perempuan. Demikian pula untuk tugas-tugas pemecahan masalah, penguasaan konsep, penalaran dan kreativitas nonverbal baik anak laki-laki maupun anak perempuan mampu bekerja sama baiknya.

Jika perbedaan skor IQ pada sesama anak perempuan tampak menonjol saat mereka dalam masa kanak-kanak, maka pada anak laki-laki terlihat saat mereka memasuki usia dewasa. Hasil studi longitudinal Terman menunjukkan selama masa sekolah dasar, prestasi anak laki-laki yang berbakat dan tidak berbakat hampir seimbang. Perbedaan menyolok baru akan terlihat setelah akhir masa SMA. "Perbedaan menyolok yang terjadi bukan karena kegiatan ekstrakurikuler atau taraf kecerdasannya, tetapi oleh latar belakang keluarga serta karakteristik kepribadian yang dimiliki," jelas Reni.

Anak berbakat laki-laki biasanya memiliki latar belakang pendidikan orangtua yang lebih tinggi dibanding anak laki-laki yang nonberbakat. Demikian pula dari sisi kepribadian, terlihat anak berbakat laki-laki lebih memiliki ciri-ciri kepribadian lebih menonjol, seperti ketekunan dalam penyelesaian tugas, integrasi dalam mencapai tujuan, memiliki keyakinan diri, bebas dari perasaan rendah diri, memiliki dorongan berprestasi tinggi yang baik dan memiliki penyesuaian sosial memadai.

Beda perkembangan otak
Berdasarkan perbedaan jender dan merujuk pada beberapa temuan, Guilford (1967) menyatakan bahwa otak kanan pada laki-laki lebih berkembang baik dan sebaliknya otak kiri anak perempuan lebih berkembang baik. Dengan demikian memang ada perbedaan jenis kelamin di dalam kemampuan penalaran matematik dan sains, dimana yang lebih banyak unggul adalah anak laki-laki daripada anak perempuan.

Stanley (1988) dari Center for the Advancement of Academically Talented Youth John Hopkins University, menyebutkan untuk skor SAT-M (Scholastic Aptitute Test- Mathematics) dalam bidang matematika terlihat anak laki-laki jauh melampaui skor anak perempuan. Sebaliknya untuk skor SAT-V (Scholastic Aptitute Test-Verbal) anak perempuan cenderung lebih baik daripada anak laki-laki. Sedangkan, untuk fisika, biologi, dan kimia terlihat minat laki-laki lebih kepada fisika atau biologi, sedangkan anak perempuan lebih memilih kimia dan biologi. "Namun, dengan prestasi dalam bidang sains yang tidak signifikan antara anak laki-laki dan anak perempuan, artinya baik anak perempuan maupun laki-laki dapat berprestasi baik dalam bidang sains," kata Reni.

Bagaimana pola karier anak berbakat perempuan? Apakah ada perbedaannya dengan anak berbakat laki-laki? Hasil temuan Terman dan Oden (1959) menunjukkan ada perbedaan jenis kelamin dalam pemilihan karir. Hal yang menarik, anak perempuan berbakat akan memilih karir yang berbeda dengan anak perempuan yang tidak berbakat. Namun, anak laki-laki tidak berbakat dengan anak laki-laki berbakat memiliki pilihan karir yang sama. Pada anak berbakat perempuan, pilihan kariernya cenderung sama dengan pilihan karier anak laki-laki berbakat, sedangkan anak perempuan yang tidak berbakat, pilihan kariernya cenderung pada pekerjaan stereotipi perempuan seperti guru, administrasi, sekretaris, dan ibu rumah tangga.

Dalam dua dekade ini terlihat lonjakan yang sangat pesat sebesar 200 persen pada pilihan karier perempuan untuk terjun dalam bidang sains dan rekayasa, meskipun kalau dibandingkan dengan seluruh populasi perempuan hanya 3,5 persen yang tertarik bidang ini. "Hal ini terjadi karena masyarakat lebih mendorong anak laki-laki dibanding anak perempuan untuk terjun ke dunia akademik atau profesional. Anak perempuan ditekan agar berperan sebagai istri dan ibu rumah tangga," jelas Reni.

Masalah lain bagi anak berbakat perempuan, sambungnya, adalah adanya harapan-harapan peran jenis kelamin yang berkembang di tengah masyarakat dan secara gencar dipublikasikan melalui buku, majalah, film, pidato, dan sebagainya yang lebih berpihak pada anak laki-laki. Dimana di dalam kelas anak laki-laki bisa lebih leluasa memberikan opini, bertanya, berbeda pendapat, sedangkan anak perempuan diharapkan bisa bersikap lebih manis dan sopan. "Hal yang menjadi tantangan bagi perempuan berbakat dalam aspirasi kariernya adalah konflik dalam menjaga citra dirinya agar tidak menjadi maskulin dan tetap disebut feminis," kata Reni.

Dari sisi pengembangan kreativitas, hasil studi menunjukkan bahwa laki-laki lebih produktif melahirkan karya-karya kreatifnya daripada perempuan. Hal ini disebabkan perempuan lebih banyak disibukkan dengan tugas-tugas kerumahtanggaan sehingga kurang memiliki waktu untuk menghasilkan karya kreatif. Di dalam memandang keberhasilan, ternyata cara pandang laki-laki dan perempuan berbeda. Bagi laki-laki, jika dia berhasil maka itu karena kemampuan yang dimilikinya, sedangkan perempuan menganggap keberhasilan sebagai suatu bentuk keberuntungan (luck).

Sebaliknya dalam memandang ketidakberhasilan laki-laki memandangnya sebagai ketidakberuntungan atau kurangnya usaha. Sedangkan, perempuan memandangnya sebagai kurangnya kemampuan. "Hal ini yang juga sering dilakukan oleh guru-guru, yang memberikan julukan pada anak perempuan yang mendapat nilai jelek sebagai berkemampuan inteligensi rendah, sedangkan kalau anak laki-laki sebagai kurang motivasi," terang Reni.

Sebagai kesimpulan, Reni menndaskan, mau atau tidak mau, perbedaan anak laki-laki ataupun anak perempuan tidak sekedar dalam fisiknya saja tetapi menyeluruh secara psikologis, kemampuan umum, gaya belajar, prestasi, bakat khusus. Dengan memahami perbedaan ini, maka setiap aspek perkembangan yang muncul dalam tahapan perkembangannya perlu diterima dengan rasa syukur dan diperkuat potensi perkembangannya.

Pempuan berbakat maupun laki-laki berbakat seyogyanya memandang kesuksesan dalam hidup sebagai:

1. tercapainya tujuan, kepuasan karir, berprestasi
2. pernikahan dan kehidupan keluarga yang bahagia
3. pendapatan cukup yang membuat hidup nyaman
4. memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan atau kesejahteraan manusia, membantu orang lain, dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik
5. ketenangan jiwa, mampu menyesuaikan diri dengan baik dan memiliki kematangan emosi.


teks. Dr Reni Akbar-hawadi. editor. rad. foto Photomotion pengarah gaya. zoe

Sumber: Majalah Inspire Kids

0 comments



Recommended Money Makers

  • Chitika eMiniMalls
  • WidgetBucks
  • Text Link Ads
  • AuctionAds
  • Amazon Associates